Karya Tulis Ilmiah Bali Objek wisata Bedugul

21.25 / Diposting oleh Unknown / komentar (0)



KARYA TULIS ILMIAH
 CERMINAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA ANTAR MASYARAKAT MUSLIM DAN HINDU DI SEKITAR DANAU BRATAN DESA BEDUGUL

 

Disusun untuk memenuhi tugas PRASPA


                                                       Di Susun Oleh                  :
                 Nama                                                 :        Moh. Irfan Fatoni
                 Kelas                                                  :        XI
                 Nomer Absensi                                  :        11
                 Progam Studi                                     :        IPS


MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA KEDIRI 3
JL. LETJEND SUPRAPTO NO.58 TELP.(0354) 687876 KEDIRI
Tahun Pelajaran 2013 / 2014
i




PENGESAHAN


            Karya Tulis ini telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing untuk melengkapi  tugas PRASPA di MAN Kota Kediri 3, Tahun Pelajaran 2013/2014.




Disahkan  pada :


                                          Hari           : 
                                    Tanggal           : `




              Mengetahui

Pembimbing



Dra. Ilik Tarwiyati, MPd.I.
NIP. 196603072005012001




ii
KATA PENGANTAR

            Puja dan Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
            Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi Tugas PRASPA Tahun Pelajaran 2013/2014  di MAN Kota Kediri 3.
            Penulis sadar bahwa terselesaikannya karya tulis ini tak lepas dari pihak-pihak yang membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.   Bapak H. Sja’roni, M.Pd.I. selaku kepala MAN Kota Kediri 3
2.   Ibu Dra. Ilik Tarwiyati, MPd.I.selaku pembimbing karya tulis ini
3.   Ibu Lia Harisna Prajawati,S.Pd. sebagai Wali Kelas XI IPS 1
4.   Bapak  ibu guru serta karyawan dan karyawati MAN Kota Kediri 3
5.   Teman-teman MAN Kota Kediri 3
            Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata baik dan sempurna, sehingga penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam karya tulis ini. Penulis mohon saran dan kritik kepada para pembaca yang bersifat membangun, supaya karya tulis ini dapat lebih sempurna.
            Harapan kami semoga hasil dari karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.



Kediri,    Januari 2013
                                                                                                                                          Penulis




iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ................................................................................................ ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................................... iv- v

BAB  I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
1.3. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1  Toleransi Umat Beragama................................................................................... 3
      2.1.1 Toleransi Menurut Bahasa........................................................................... 3
      2.1.2 Toleransi Menurut Istilah............................................................................ 3-4
2.2 Kehidupan Masyarakat Hindu di Bali................................................................. 4
      2.2.1 Pemeluk Agama Hindu di Bali................................................................... 4
      2.2.2 Sisi Kehidupan Masyarakat Hindu di Bali................................................. 4
2.3  Kehidupan Masyarakat Muslim di Bali.............................................................. 5
      2.3.1 Keberadaan Masyarakat Muslim di Bali..................................................... 5
      2.3.2 Eksitensi Masyarakat Muslim di Bali.......................................................... 5
2.4 Kehidupan Bermasyarakat Antar Umat Beragama di Bali.................................. 5
      2.4.1 Prinsip Hidup Saling Menghormati Antar.................................................. 6
      2.4.2 Contoh Sikap Toleransi Antar Umat Beragama di Bali.............................. 6
2.5 Danau Bratan Di Wilayah Bedugul
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Cerminan Sikap Saling Toleransi Antar Umat Beragama di Sekitar  Danau Beratan........................................................................................................... 7-8
3.2 Perbedaan Adat dan Budaya Masyarakat Muslim di Wilayah Bedugul DiBandingkan Dengan Masyarakat Muslim Di Daerah Luar Bali................................................ . 8-10
3.3  Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Wilayah Bedugul........................ 10-12  
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan ....................................................................................................... 13
4.2.Saran  ................................................................................................................. 13-14
Daftar Pustaka......................................................................................................... 15
Lampiran Foto......................................................................................................... 16




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
                 Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai kekayaaan alam yang melimpah, baik kekayaan alam hayati maupun hewani, negara yang kaya ini memiliki lebih kurang terdapat 6127 pulau. Salah satunya dalah pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya yaitu Pulau Bali , Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.
            Selain terkenal dengan kekayaan alam dan Budayanya, Bali juga dikenal dengan pusat daerah dengan pemeluk agama hindu terbesar di Indonesia yaitu sekitar 92% dan 8% lainya adalah agama lain seperti islam, budha, kristen dan konghucu. Tak ayal jika kita menuju pulau tersebut hampir di setiap jalan kita menemui deretan pura yang merupakan tempat suci untuk beribadah umat hindu. Bali merupakan pusat daerah hindu yang memiliki nilai- nilai budaya dan mistis yang masih sangat dijaga dan dilestarikan secara turun temurun oleh masyarakatnya. 
            Meskipun tempat dengan mayoritas umat hindu, tetapi masyarakat hindu di Bali sangat terbuka dan fleksibel untuk menerima para wisatawan baik domestik maupun mancanegara tanpa memandang status sosial dan agamanya. Mereka beranggapan wisatawan dari luar daerahnya sebagai tamu yang harus dihormati. Hal serupa lebih jelas dapat terlihat di daerah Bedugul tepatnya sekitar Danau Bratan disana terdapat pusat pemukiman umat muslim yang cukup besar yang mayoritasnya adalah pendatang. Namun warga sekitar Bedugul yang beragama hindu dapat saling bertoleransi antar umat beragama, hal inilah yang menarik bagi penulis untuk sedikit mengulas hal ini dalam karya tulis ini.

1.2      Tujuan Penulisan
A. Tujuan Khusus:       
Tujuan penulisan Laporan Karya Tulis ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI di MAN Kota Kediri 3 tahun ajaran 2013-2014.

B. Tujuan Umum:
1.      Untuk lebih mengetahui lebih jauh bagaimanakah sikap masyarakat hindu Bali dalam menerima perbedaan agama di Bali terutama agama islam.
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan  agama islam di Bali khususnya di wilayah Bedugul.
3.      Untuk mengetahui tentang proses terbentuknya pemukiman muslim di daerah Bedugul.
4.      Untuk mengetahui adat dan budaya masyarakat muslim di wilayah Bedugul di bandingkan dengan masyarakat muslim wilayah lain.
1.3      Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cerminan sikap saling  toleransi antar umat beragama di wilayah sekitar Danau Bratan KawasanBedugul                                             ?
2.      Apakah terdapat perbedaan adat dan budaya masyarakat muslim di wilayah Bedugul di bandingkan dengan masyarakat muslim di daerah luar Bali?
3.      Bagaimanakah sejarah masuk dan berkembangnya agama islam di Bali khususnya di wilayah Bedugul             ?



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1       Toleransi Umat Beragama
Toleransi beragam sangatlah penting bagi setiap sisi kehidupan, mengingat bahwa  bangsa ini bukanlah bangsa yang homogen melainkan heterogen sebab itulah Indonesia dikenal akan kekayaan budayanya.
                        2.1.1    Toleransi  Secara Bahasa
Toleransi berasal dari kata “Tolerate” yang berasal dari bahasa latin yang artinya adalah “dengan sabar memberikan sesuatu”. Jadi secara harfiah toleransi beragama adalah dengan sabar membiarkan orag lain untuk menjalankan agamanya masing masing tanpa memberikanya batasan-batasan atau mengekangnya dalam beribadah maupun melakukan aktivitas lain yang berkaitan dengan keyakinanya sendiri selama tidak mengganggu kenyamanan orang lain.  Dasar adanya sikap toleransi sendiri ialah adanya perbedaan. Lalu sikap toleransi itu akan muncul ketika perbedaan itu dimaknai dengan sabar dan dewasa. Toleransi juga dilakukan di tempat tertentu yang tentunya di masyarakat.
                        2.1.2    Toleransi Secara Istilah
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.
2.2       Kehidupan Masyarakat Hindu di Bali
Sebagai pusat berkembangya agama hindu terbesar yang hingga saat ini masih sangat terjaga budaya dan adatnya Bali juga dikenal dengan kearifan masyarakatnya yang sangat menjuung tinggi sikap toleransi.
2.2.1    Pemeluk Agama Hindu di Bali
Seperti yang kita ketahui bahwa Bali merupakan  daerah dengan pemeluk agama hindu terbesar di Indonesia. Jumlahnya sendiri 92% masyarakat Bali memeluk agama hindu . Tercatat pada tahun 2010 terdapat sebanyak 2,800,466  orang (dari jumlah penduduk 3,217,622 orang) di Bali yang beragama hindu, dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sebanyak 3,421,798 orang dari jumlah penduduk sebanyak 3,894,457 orang.
(Sumber: Data  Kanwil. Departemen Agama Propinsi Bali (hasil pengolahan registrasi penduduk).
2.2.2    Sisi  Kehidupan Masyarakat Hindu di Bali
Sudah jelas bahwa mayoritas penduduk di Bali beragama hiindu, sehingga di sana setiap komponen dalam masyarakat selalu berhubungan dengan kepercayaan agama hindu mulai dari bentuk bangunan, tempat ibadah dan ornamen serta banyak ditemukan macam-macam patung sebagai simbolis dari jelmaan para dewa dalam kepercayaan hindu.masyarakat hindu Bali dikenal sebagai umat yang patuh dan taat dalam beribadah. Namun dalam hal beragama masyarakat hindu di Bali sangat menghormati orang dengan kepercayan/ pandangan yang berbeda dengan mereka. Sehingga kehidupan  masyarakat hindu di Bali menjadi aman dan damai.
                       


2.3.      Kehidupan Masyarakat Muslim di Bali
Meskipun dikenal sebagai daerah dengan mayoritas agama hindu tapi di Bali masih terdapat komunitas masyrakat muslim di Bali tercatat  pada tahun 2011 sebanyak 327,335 orang yang memeluk agama islam.
2.3.1    Keberadaan Masyarakat Muslim di Bali
Meskipun  tidak banyak tetapi mereka sudah membentuk sebuah komunitas dan  hingga saat ini jumlahnya terus bertambah dan berkembang. Beberapa komunitas masyarakat muslim ini umumnya berdomisili di daeah-daerah yang terpencil sehingga belum terlalu terekspose, mereka dapat hidup damai meski harus berdampingan dengan masyrakat hindu yang mendominasi daerah-daerah di Bali. Masyrakat muslim di Bali dapat di temukan di Jembrana, Tabanan , Badung , Gianyar, Buleleng dan Denpasar. Masyarakat muslim di Bali memiliki adat dan budaya yang unik dibandingkan dengan masyarakat muslim pada umumunya.
2.3.2    Eksitensi Masyarakat Muslim di Bali
Orang Bali secara umum menyebut warga muslim dengan istilah “Selam”. Istilah ini sudah sangat umum di Bali untuk menjelaskan tentang umat Islam dan sama sekali tidak ada konotasi negatif, apalagi penghinaan. Justru istilah ini mempertegas kerukunan, karena dikaitkan dengan ikatan persaudaraan yang di Bali dikenal dengan istilah “manyama-braya”. Dalam kaitan manyama-braya ini umat Hindu melahirkan istilah Nyama Selam (saudara Islam) dan Nyama Kristen (saudara Kristen).
2.4       Kehidupan Bermasyarakat Antar Umat Beragama di Bali
Toleransi antar umat beragama di Bali tergolong tinggi. Sangat jarang terdengar adanya bentrok antar agama di Pulau Dewata ini. Semua masyarakatnya hidup dengan damai walaupun memiliki adat daerah yang berbeda-beda.
2.4.1    Prinsip Hidup Saling Menghormati Antar Agama
 Dalam ajaran Hindu ada asas Tat Twam Asi yang berarti aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Masyarakat Hindu tetap menghormati umat Muslim yang sedang berpuasa. Tidak hanya umat Hindu, masyarakat Bali yang beragama Kristen, Katolik, maupun Budha juga menghormati umat Muslim yang berpuasa. Begitupun seBaliknya, masyarakat Muslim juga menghormati pemeluk agama lain yang tidak berpuasa dengan tidak memrotes pemeluk agama lain yang makan dan minum.
2.4.2    Contoh Sikap Toleransi Antar Umat Beragama di Bali
     Tidak sedikit mesjid yang letaknya berdampingan dengan pura, gereja, ataupun wihara. Walaupun demikian, kerukunan antarumat beragama tetap terjalin baik di Bali. Terlebih lagi saat puasa, contoh lainnya adalah perayaan Hari Raya Nyepi pada Maret lalu yang bertepatan pada hari Jumat, dimana umat Muslim wajib menunaikan ibadah sholat Jumat. Umat Muslim tetap diijinkan menjalankan kewajibannya ke mesjid, bahkan dikawal oleh para pecalang adat. Umat Muslim pun juga menghormati umat Hindu yang sedang menjalankan Catur Brata Penyepian dengan tidak menggunakan pengeras suara di mesjid. . Masyarakat Bali yang 92% beragama Hindu juga telah berperan serta dalam menyukseskan pelaksanaan Seleksi Tilawatir Qur‘an (STQ) tingkat Nasional pada tahun 1998 di kota Denpasar Bali.
2.5 Danau Beratan di wilayah Bedugul
Danau Bratan adalah sebuah danau yang terletak di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Danau yang terletak paling timur di antara dua danau lainnya yaitu Danau Tamblingan dan Danau Buyan, yang merupakan gugusan danau kembar di dalam sebuah kaldera besar, Danau Bratan terbilang cukup istimewa.
Berada di jalur jalan provinsi yang menghubungkan Denpasar-Singaraja serta letaknya yang dekat dengan Kebun Raya Eka Karya menjadikan tempat ini menjadi salah satu andalan wisata pulau Bali. Disamping mudah dijangkau Danau Bratan juga menyediakan beragam pesona dan akomodasi yang memadai.
Di tengah danau terdapat sebuah pura yaitu Pura Ulun Danu, yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan.
                                                                 
                                                           BAB III
PEMBAHASAN

3.1              Cerminan Sikap Saling  Toleransi Antar Umat Beragama di Wilayah Sekitar Danau Bratan.
Bali selain sebagai daerah pariwisata, juga terkenal dengan sebutan God’s Island (pulau Dewata). Di tengah mayoritas penduduknya yang beragama hindu dan kuatnya tradisi masyarakat, ternyata masyarakatnya memiliki kesadaran yang tinggi untuk lebih terbuka terhadap keyakinan orang lain seperti agama lain seperti islam , kristen , katolik dan lain-lain.  Hal ini tercermin pada masyarakat di kawasanBedudul Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti  Kabupaten Tabanan, sekitar 18 kilometer sebelah utara Denpasar, Berada di jalur jalan provinsi yang menghubungkan Denpasar-Singaraja. Tepatnya di sekitar danau beratan terdapat suatu pemukiman yang tampak berbeda dengan pemukiman lain di Bali di tempat ini tidak tampak pura di depan rumah mereka, karena pemukiman ini tak lain adalah pemukiman warga muslim.Masalah kerukunan kehidupan antara umat Islam dan umat Hindu di Desa Candikuning selama ini bisa dikatakan sangat mesra dan harmonis. Keadaan ini akan tetap terus terpelihara dengan baik, asalkan dilandasi dengan toleransi dan rasa saling menghormati satu sama lain. 
                 Salah satu contoh yang menggambarkan adanya kemesraan dan keharmonisan tersebut adalah sikap toleransi dan saling menghormati yang begitu tinggi di kalangan mereka. Seperti ketika bulan Ramadhan datang, umat Hindu menghormati orang Islam yang sedang berpuasa, dan pada saat berbuka puasa umat Hindu ada yang “ngejot” (memberikan kiriman makanan). Apalagi saat Hari Raya Idul Fitri, umat Hindu memberi buah-buahan kepada saudaranya yang muslim, sementara pada saat Hari Raya Galungan, umat Islam memberikan ketupat (minimal anyaman ketupat) kepada saudaranya yang Hindu.selain itu juga terdapat tradisi lain yang juga merupakan akulturasi kebudayaan hindu dan islam yakni Megibung. Dalam bahasa Bali ‘’megibung atau mepatung’’ berarti makan bersama dalam satu wadah. Makanya, kami menyebut tradisi tersebut adalah megibung yang merupakan warisan leluhur untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga
                 Hal yang sangat tampak dari keharmonisan antar umat beragama dari Desa Candikuning adalah adanya masjid dan Pura yang letaknya berdekatan yakni Masjid Besar Al Hidayah dan Pura Ulun Danu, meskipun berdekatan tetapi masyarakat nya dapat hidup berdampingan dengan menjalankan keyakinan masing-masing. Ketika hari Jumat saat warga muslim menunaikan sholat Jumat warga beragama hindu menghormati peribadatan umat muslim dengan memperbolehkan menggunakan pengeras suara di Masjid, tidak mengganggu ketenangan Ibadah Sholat Jumat dan bahkan ikut serta dalam pengawasa dan pengamanan kendaraan yang diparkir di sekitar Danau Bedugul.
                 Dengan demikian sepatutnya kita dapat mencontoh sikap saling menghormati dan menghargai orang lain dalam menjalankan peraanya masing-masing agar tercipta perdamaian dan keamanan. Pada dasarnya manusia selalu hidup berdampingan tak dapat terlepas antara manusia satu denga yang lain. Maka dari itu wajib menghargai pendapat orang lain.

3.2              Perbedaan Adat dan Budaya Masyarakat Muslim di Wilayah Bedugul di Bandingkan Dengan Masyarakat Muslim Di Daerah Luar Bali.

                 Pada dasarnya antara umat muslim di Bali dengan di wilayah lain adalah sama. Semuanya memiliki keyakinan dan ajaran yang sama ketauhidan, keimanan ,dan keyakinan kepada Allah SWT.  Namun perbedaan terletak pada budaya dan tradisi yang dijalankan. Di Bali umat muslim memiliki beberapa tradisi yang unik dan jika di merupakan hasil akulturasi dengan budaya hindu namun tetntunya dalam batasan-batasan tertentu. Serta dalam konteks islam, merea menjalankan adat dan tradisi tersebut secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Mereka percaya apa yang diyakini dengan sepenuh hati dan hal itu tidak menyimpang atau menyekutukan Allah serta memiliki tujuan dan filososfi yang jelas maka mereka yakini kebenaranya.
            Contoh adat yang di jalankan umat islam di wilayah bedugul yakni ngejot dan megibung. Dan Ketika Ramadhan datang, umat Hindu menghormati orang Islam yang berpuasa, dan pada saat berbuka puasa umat Hindu ada yang ngejot (memberikan dengan ikhlas) ketupat. Apalagi saat Idul Fitri datang. Umat Hindu memberi buah-buahan kepada saudaranya yang muslim, sementara pada saat hari raya Galungan, umat Islam memberikan ketupat (minimal anyaman kulit ketupat). Saat Lebaran, mereka merayakannya namun bernuansa masyarakat Hindu. Hiasan rumah dan tata cara berpakaian dan aksesoris, juga tak terlepas dari masyarakat Hindu. Hanya bedanya, warga Muslim Desa Candikuning masih memiliki perbedaan dengan muslim lain di Bali selama bulan suci Ramadhan. Muslim di Desa Candikuning melakukan salat Tarawih menjelang malam pukul 22.00WITA. Alasannya, salat Tarawih dilakukan menjelang tengah malam ini demi memberi kesempatan lebih awal pada kaum wanita yang memiliki banyak kesibukan. Selain itu, letak tempat tinggal antarwarga yang berjauhan satu sama lain. Selesai salat Tarawih, dilanjutkan dengan tadarus Alquran, yang biasanya dimulai dari pukul 23.00 WITA. Bahkan beberapa warga ada yang menginap di serambi masjid hingga saat sahur datang dan mereka menjalankan aktivitas nya

              Fenomena akulturasi bahkan sinkretisme ini terjadi pula di Tabanan,  apalagi di Candi Kuning sampai era 1970 an akhir.    Komunitas Muslim di Candi Kuning,  karena memang secara geneologis telah terjadi kawin mawin dengan kaum Hindu Bali,  maka kendati bernama muslim,  tetapi ketika mereka berkunjung ke kerabat Hindu mereka akan dipanggil dengan nama Bali nya : Made, Kadek, Nengah,  sesuai urutan kelahiran. Panggilan ini sebagai wujud pengakuan bahwa mereka adalah orang Bali,  seperti : Kadek Syarifudin.  ”Bahkan, orang Islam di Candi Kuning dulu juga menjalankan tradisi metatah (potong gigi), pakai kemenyan setiap kegiatan ritual, bahkan diinformasikan sampai di abad 21 ini masih ada yang memakai daksina. 
Di tempat-tempat orang terjatuh misalnya, lokasi itu lantas ditaruh menyan gringsing sebagai sesajen.
                 Semua tadi merupakan bukti bahwa Islam dan komunitas Muslim bukanlah fenomena kekinian di Bali, bukan gejala baru di Baturiti. Mereka telah menjadi entitas yang berusia ratusan tahun silam,  sama tuanya dengan komunitas muslim di daerah-daerah lain di Indonesia.  Realitas ini juga menunjukkan bahwa konteks sosio kultural era lama, entitas Muslim dan Hindu Bali memperlihatkan eksistensi harmoni terefleksi dari akulturasi tadi. Entitas pembauran kultur bahkan acapkali nyerempet ke arah keagamaan ini merefleksikan bahwa semangat persaudaraan sangat kuat menggejala di kala itu.  Sebutan nyame slam (saudara Islam) atau salam bukanlah sekedar sapaan.

3.3              Sejarah Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Wilayah Bedugul.
Muasal penempatan Muslim di Candi Kuning  ini ada dua versi : Pertama, kaum muslim sengaja ditempatkan oleh raja Karangasem untuk menjaga keamanan wilayah ujung dekat Mengwi, seiring dengan tradisi perang antar kerajaan Bali kala itu. Kedua,  kaum Muslim sengaja diberi tanah palungguhan di tempat ini sebagai penghargaan raja Karangasem atas jasa dan atau bantuan mereka dalam perang  melawan Belanda yang ingin menduduki Bali.
Perlu diketahui bahwa Belanda berusaha menaklukkan Bali  sejak 8 Juni 1848 dengan menyerang Buleleng (Singaraja). Kala itu terjadi pertempuran sengit, apalagi raja Jembrana (Negara) Anak Agung Putu Ngurah ikut mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Pan Kelap. Bahkan, kepala perang Jembrana Anak Agung Made Rai juga memperkuat pertahanan kerajaan Jembrana, termasuk dengan pasukan-pasukan Islam di benteng Fatimah walaupun umat Islam kala itu sedang sibuk membangun masjid pertama di Loloan Timur. Segenap rakyat diperintahkan siap untuk perang melawan Belanda.  Kala itu Jembrana memang telah ”disatukan” dengan Buleleng oleh patih Raja Buleleng, I Gusti Ketut Jelantik.
Meskipun kala itu antar kerajaan di Bali sering bermusuhan alias perang,  namun kerajaan Mengwi dan Karangasem ikut pula mengirim bala bantuan.  Alasannya satu: Belanda dianggap sebagai musuh bersama. Melalui kerjasama antar kerajaan dimana umat Islam dari setiap wilayah menjadi salah satu pasukan utama,  kolonial Belanda akhirnya dapat dipukul mundur dan sisa pasukannya kembali ke kapal.  Keterlibatan aktif kaum muslim inilah yang mendorong Raja Karangasem memberi penghargaan berupa tanah pelungguhan di Kembang Marta Bedugul.
Memang,  terdapat dua versi sejarah asal usul lahirnya perdikan alis pelungguhan Muslim Bedugul ini.  Tetapi dalam logika sejarah, kedua-duanya bisa juga sama benarnya. Artinya, Muslim di tempatkan di wilayah itu oleh raja Karangasem terjadi karena dua peristiwa itu,  sehingga penempatan muslim pun terjadi dalam dua periode peristiwa.
Terlepas dari persoalan dua versi tadi, yang pasti kedatangan Muslim kala itu sebenarnya tidak eksklusif,  sebab penempatan mereka dilakukan bersama-sama kaum Hindu juga.  Dari 24 KK yang ditempatkan di Kembang Marta-Bedugul ini,  sebagian kaum Hindu dan sebagian lainnya kaum Muslim. Kepada setiap KK masing-masing diberi tanah 5 hektar. Singkat kata, cikal bakal wilayah Kembang Merta ini sebenarnya dibangun oleh dua komunitas keagamaan yang sama-sama pendatang. Mereka bekerjasama membuka wilayah baru,  serta bersama pula untuk membangun-mengembangkannya.
Kembang Marta kuno  saat ini telah dipecah menjadi tiga,   yakni: Kembang Marta dan Candi Kuning I dengan mayoritas Hindu,  serta Candi Kuning II dengan mayoritas Muslim.  Tetapi antara dua komunitas ini sebenarnya telah lebih seabad melakukan kawin mawin,  sehingga komunitas Muslim di era kekinian hakekatnya memiliki hubungan kekerabatan dengan komunitas tetangga yang beragama Hindu. Kaitan geneologis yang kuat antara dua komunitas, akhirnya tidak terhindarkan melahirkan pula bangunan kekerabatan lintas kepercayaan.Sebenarnya,  ada informasi alternatif bahwa kedatangan Islam di Baturiti jauh melampaui era kedatangan Muslim di kampung Candi Kuning tadi. Hal ini dapat dibuktikan dari keberadaan dua makam kuno. Makam pertama berada di puncak pegunungan, dipercaya sebagai kuburan Syekh Hasan.  Makam kedua berada di bagian lereng, dipercaya sebagai kuburan kuno Syekh Husein. Lokasi terakhir ini biasa disebut langgar alias jangkar emas atau candi emas. Konon kedua tokoh muslim yang kini makamnya dirawat dan dihormati secara bersama antara komunitas Muslim-Hindu adalah dua bersaudara penyebar Islam. Karakteritik nisannya mirip dan atau seusia dengan sunan Gresik alias Maulana Malik Ibrahim.  Dua makam itu kini masuk dalam ”obyek wisata religius” yang dikenal sebagai dua orang dari wali pitu di Bali.
                 Betapapun kecil kuantitas Muslim di Bali saat ini, termasuk di Tabanan, tetapi eksistensi leluhur Muslim diakui bahkan ikut mewarnai khazanah kultur Bali.  Pengakuan akan keberadaan tokoh-tokoh muslim era lama ini bahkan teraktualisasi dalam pendirian tempat pemujaan (pesimpangan betara di Mekah) pada beberapa pura di Bali (Mengwi, Badung, dan Bangli), atau Pura Emas/Jangkar Emas di Bedugul. Jejak interaksi Islam – Hindu Bali teraktulaisasi pula dalam karya-karya sastra,  seperti: krama selam (witaning selam), tatwa berawa, Seh Umbul Brahim (Kitab Tasaup Cara Bali), Sejarah Jawa lan Sejarah Arab, Jajaluk Selam ing Mekah, Ana Kidung, Geguritan Amad Muhammad Raden Saputra, Geguritan Siti Badariah. Beberapa teks sastra Islam di Bali bahkan ada pula yang mempunyai fungsi religius sebagaimana khazanah sastra yang mengandung ajaran Hindu. Teks Ana Kidung misalnya,  bahkan dibacakan semalam suntuk oleh masyarakat Hindu secara bergantian dalam upacara kepus pungsed (lepasnya tali pusar) seorang bayi (Remmy Silado, ”Tradisi “Ngejot” Jelang Idul Fitri di Bali.



BAB IV
PENUTUP

4.1            Kesimpulan
Dari berbagai uraian yang telah dibahas pada yang terdiri dari beberapa bab, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang kaya akan aset dalam bidang  Kepariwisataan, seni dan budaya.
2.      Bali merupakan pulau yang memiliki mayoritas penduduknya beragama   Hindu dan merupakan terbanyak di Indonesia.
3.      Bali merupakan daerah yang memiliki budaya toleransi antar        Masyarakatnya sehingga tercipta perdamaian dan ketentraman.
4.      Kearifan masyarakatnya dalam menjaga dan melestarikan budaya yang di ajarkan secara turun temurun sehingga dapat dilestarikan.
5.      Masyarakat muslim di Bali memiliki adat dan Budaya yang unik dan merupakan akulturasi dari kebudayaan nenek moyangnya yang dapat di jaga dengan baik.

4.2            Saran
           Penulis menyampaikan beberapa saran yang di harapkan dapat membangun bagi semua pihak sebagai berikut                                                          :
A.    Saran Untuk Masyarakat Bedugul
·         Sebagai wilayah dengan kekayaan berbagai potensi baik alam, budaya dan pariwisata sebaiknya dapat terus melestarikanya.
·         Agar mayarakat dapat terus menjaga keharmonisan dan saling menghormati antar masyarakatnya.
B.     Saran Untuk Pemerintah Daerah Bali
·         Agar Pemerintah Daerah Bali dapat terus meningkatkan kinerja dan pembangunan demi kebaikan masyarakat Bali dan sekitarnya.
·         Menjadi daerah yang dapat di jadikan contoh daerah daerah lain dalam hal pelestarian Budayanya sebaiknya Pemerintah terus aktif mendukung kegiata –kegiatan kebudayaan.
C.     Saran Bagi Pembaca
·         Jagalah keindahan dan kelestarian alam, seni dan budaya Bangsa Indonesia agar tetap terjaga.
·         Kita sebagai penerus bangsa harus belajar dengan giat agar dapat berguna bagi Nusa dan Bangsa.
·         Selalu budayakan sikap saling menghormati antar sesama masyarakat agar Indonesia menjadi negara yang damai dan tentram.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Shadily, Hasan .1988. Ensiklopedia Indonesia . Jakarta: PT. Ichtiar baru – Van hoeve.
2.      Rosidi, Imron  .2005. Ayo Senang Menulis Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Media Pustaka.
3.      Wiguna, Ketut .2008. “Indahnya Kampung Islam Candi Kuning di Baturiti, Tabanan – Bali”, Antara News, hlm 14.



LAMPIRAN FOTO

                                                                                                                                  





Masjid Besar Al-Hidayah                                               Pemukiman muslim sekiatar danau







Masjid Besar Al-Hidayah dari Danau                                               Pura Ulun Danu







Danau  Bratan                                                                               Di tepi Danau Bratan











v